Sejarah

Perguruan “ Cikini “ taman mendidik kami. Putra – putri Indonesia patriot bangsa. Kami siswa semuannya, bak bunga di taman negara. Harapan tuk ibu pertiwi untuk berbakti.  Majulah putra – putrimu serta pamongmu. Hiduplah perguruanku,  daya ciptamu

Itulah cuplikan syair lagu Mars Perguruan ” Cikini ” yang setiap liriknya mengandung makna dan harapan yang ingin dicapai oleh para pendiri Perguruan ” Cikini ”. Begitu begitu besar cita-cita dan harapan yang ingin diwujudkan untuk turut berbakti membangun negeri ini.

Tepatnya tanggal 1 Agustus 1942, SD Perguruan ” Cikini ” berdiri dengan nama Sekolah Rakyat Partikelir ” Mayumi ”. Ini diprakarsai oleh Ibu Pandhu Suradhiningrat sebagai akibat ditutupnya sekolah – sekolah Hindia – Belanda oleh tentara Jepang. Di samping itu Jepang juga memberikan kebebasan kepada rakyat pribumi untuk berbicara dalam Bahasa Indonesia. Kesempatan emas ini tidak disia-siakan oleh Ibu Pandhu Suradhiningrat dengan membuka kursus Bahasa Indonesia tanggal 1 Agustus 1942. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada anak – anak pribumi untuk dapat mengenyam pendidikan berdasarkan rasa nasionalisme, netral terhadap agama dan politik.

Tujuh puluh satu tahun SD Perguruan ” Cikini ” Turut Berbakti Membangun Negeri.  Sebagai sekolah umum yang berpegang pada cita – cita luhur pendirinya, telah berhasil menghantarkan tokoh – tokoh pemimpin nasional. Ada Ibu megawati Soekarnoputri yang mantan Presiden RI,   Bapak Hayono Isman mantan Menpora, Bapak Subronto Laras ( Pengusaha Nasional ) dan masih banyak lagi tokoh –tokoh lain, termasuk putra – putri mantan Presiden Soekarno lainnya dan putra – putri mantan Presiden Soeharto.

Sesuai dengan visi yang ingin dicapai, Sekolah Perguruan ” Cikini ” mengutamakan pendidikan berwawasan kebangsaan dan budi pekerti yang luhur dengan memberdayakan kemampuan putra – putri bangsa agar dapat mengatasi tantangan masa depan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.